Senin, 19 Januari 2015

Contoh Cerpen



PERTEMUAN DUA DUNIA
Karya: Rizqi Mahmudah 18/XII IPA 5

Istilah keluarga Amarande sudah tidak asing lagi bagi penduduk kota Manado. Keluarga Amarande dikenal sebagai salah satu keluarga terpandang dan terhormat di kota tersebut. Disamping keluarga Amarande memiliki pengaruh sangat besar di dalam roda perekonomian karena menguasai hampir setengah dari seluruh perusahaan besar di kota Manado, konon katanya Keluarga Amarande masih kerabat dekat dari Presiden Republik Indonesia yang ke-2, Soeharto yang akrab disapa “Keluarga Cendana”.  Keluarga Amarande hanya memiliki satu orang anak laki-laki bernama Junot Amarande. Karena orang tua Junot sangat sibuk mengurusi beberapa perusahaan besar dan tidak mempunyai cukup waktu untuk mengurusi Junot, sejak lahir Junot Amarande diasuh oleh Nyai Panganggit. Setiap hari Junot hanya bermain bersama Nyai Panganggit di dalam kawasan rumah. Junot tidak diperbolehkan keluar rumah kecuali untuk pergi sekolah karena orangtua Junot khawatir akan keselamatan anak sematawayangnya itu. Walaupun ia tidak bisa bebas seperti anak seumurannya, Junot tumbuh menjadi anak laki-laki yang cerdas dalam bidang akademik maupun nonakademik bahkan mampu mengalahkan prestasi anak-anak yang lain.
Saat Junot berusia 10 tahun, ia meneruskan di SMP 3 Manado. Karena Junot memiliki prestasi yang gemilang dan sudah mengharumkan nama kota Manado hingga tingkat Internasional lewat berbagai Olimpiade Sains yang diikuti, ia mendapat kesempatan untuk menghabiskan waktu belajar di sekolah menengah pertama itu cukup dengan 2 tahun. Semasa Jonot bersekolah di SMP 3 Manado, Junot sangat disayangi oleh teman-temannya dan gurunya.Walaupun Junot sangat cerdas dan anak dari keluarga terpandang, mereka memperlakukan Jonot sama dengan murid-murid yang lain. Itulah yang membuat Junot betah dan senang bersekolah di sana karena menurut dia “kekayaan dan kekuasaan tidak bisa menjadi barometer untuk mengukur derajat seseorang, namun hanya ketaqwaan kepada Tuhan lah yang membedakan orang satu dengan orang yang lain”.
Setelah Junot lulus dari sekolah menengah pertama, ia berniat untuk meneruskan ke SMA Negeri 1 Manado karena sekolah ini memang dikenal sebagai sekolah yang memiliki integritas yang baik dalam mendidik muridnya. Banyak juga Alumni dari sekolah ini yang diterima di fakultas kedokteran di perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Hal ini sangat mendukung bagi cita-cita Junot untuk menjadi seorang dokter kelak di kemudian hari. Namun, keinginan Junot tidak bisa terwujud karena orang tuanya menginginkan Junot untuk bersekolah di Sekolah Bisnis yang bertaraf Internasional dengan harapan Junot memiliki kemampuan mewarisi perusahaan yang dimiliki keluarga Amarande. Keputusan orang tua Junot membuatnya merasa kecewa.Namun apa boleh buat? sebagai seorang anak, Junot hanya bisa patuh terhadap semua keputusan orangtua. Seperti pepatah “se tua mahali, se oki makiit” yang artinya orang tua sebagai penentu dan anak sebagai pengikut.
Di Sekolah Bisnis Internasional, kekecewaan Junot semakin lama semakin terobati setelah ia memiliki seorang teman dekat bernama Batubara. Batubara adalah anak dari keluarga bangsawan karena keturunan asli dari ras suku Tambogini, salah satu suku tertua yang ada di kota Manado. Walaupun darah yang mengalir dalam diri Batubara asli dari suku Tambogini, ia lebih mahir dalam menggunakan bahasa melayu daripada bahasa Manado karena dia pernah bermukim di negeri Jiran selama lima tahun saat orangtuanya ditugaskan untuk mengurusi para pahlawan devisa Negara yang terjerat berbagai macam permasalahan. Junot dan Batubara memiliki latar adat yang berbeda, namun rupanya tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menjalin sebuah persahabatan. Kedekatan Batubara dengan Junot membuat dia sangat peka dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh sahabatnya itu. Ketika Junot sedang duduk di halaman belakang sekolah, tiba-tiba Batubara menghampirinya.
“Hei Junot, apa gerangan yang telah membuat wajah kau kerut seperti ini?”
“Aku hanya sedang memikirkan sesuatu sahabatku”
“Perkara macam apa yang telah merisaukan hati kau?”
“Bara, pernahkah engakau mendengar cerita tentang perempuan dan kucingnya?”
“Sudah acap kali kau cakap cerita ni. Aku tahu, kau nak tutup wajah murung kau itu kan? Kura-kura didalam perahu, kau pikir aku tak tahu. Sudahlah, ceritakan semua keluh kesah kau kepada aku ini, Bara rasuah rahsia kau.”
“Baiklah Bara jika kau memaksa. Malam kamis lalu aku bermipi rasanya aku sedang berada di sebuah sekoci kecil, terombang-ambing di tengah lautan tanpa dayung dan persediaan makanan apapun. Di dalam sekoci kecil itu aku bersama seorang laki-laki paruh baya. Jika dilihat dengan sekilas mata, laki-laki itu tampak berbadan kuat dan sehat. Keberadaan laki-laki itu membuatku merasa aman dan tidak terlau khawatir akan bahaya yang datang termasuk datangnya badai laut. Beberapa jam kemudian, laki-laki itu tersingkur di atas bangku sekoci dan berkata “nak, jika aku mati di sini, apakah akan mebuatmu takut kepadaku?” lantas aku menjawab “kenapa Datuk berkata seperti itu, bukankah hidup dan mati hanya ada di tangan Tuhan?”laki-laki itu hanya terdiam menatap langit sambil perlahan-lahan menutupkan matanya. Awalnya aku menyangka laki-laki itu sudah mati, namun beberapa saat kemudian aku mendengar suara mendengkur dari mulut laki-laki itu”
“Sekejap itukah mimpi kau itu?”
“Sabarlah Bara, tentu aku belum selesai bercerita. Setelah beberapa saat laki-laki itu tertidur, meninggalkan tanpa memberiku sebuah jawaban dari pertanyaanku, tiba-tiba ia terhenyak dari bangku sekoci, ia duduk sambil memegang perutnya, mengerutkan dahinya yang penuh dengan tetesan air keringat seakan-akan dia menahan rasa sakit yang sangat dalam. Aku heran, sebenarnya apa yang dilakukan oleh laki-laki ini. Laki-laki itu berusaha menutupi rasa sakitnya, memandangku dengan seksama, lalu ia berkata “Nak, saat datuk melihatmu, Datuk teringat oleh masa muda datuk dulu. Betapa indahnya di saat masa remaja itu. Orang-orang di sekitar Datuk pun percaya bahwa masa remaja merupakan gerbang utama dalam hidup yang sesungguhnya, dimana kita akan menentukan tujuan hidup kita masing-masing. Mumpung selagi masih muda gunakan masa remajamu sebaik mungkin, jangan habiskan masa remajamu untuk sesuatu yang merugikan dirimu sendiri. Jangan tiru sikap Datuk ini” lantas aku bertanya kepada laki-laki itu “Apa yang salah dengan sikap Datuk?” “Saat datuk seusiamu, datuk selalu menghiraukan nasihat dari orang-orang dan datuk habiskan masa remaja datuk untuk sesuatu yang tidak berguna seperti tawuran, minum minuman keras, bahkan hingga mengkonsumsi obat terlarang hanya demi tanda kesetiaan untuk seorang teman. Mengkonsumsi obat-obatan itu memang nikmat, namun ternyata hembusan kenikmatan dari obat-obat itu tidak sebanding dengan dampak buruknya. Tidak sedikit pula para pemakai obat-obatan terlarang itu yang positif terkena HIV AIDS termasuk Datuk ini.” Tiba-tiba laki-laki itu terjatuh dari bangku sekoci. Dia merintih kesakitan, badanya kurus dalam waktu sekejap. Saat itu terbangunlah aku denga terperanjat. Badanku basah terkena keringat. Semalaman aku tidak bisa tidur lagi dan sejak waktu itu aku merasa sangat takut akan namanya narkoba.”
 “Wahai Junot Amarande, dari pada kita hanya merasa takut akan akibat dari obat-obatan terlarang, lebih baik kita mencegah diri kita untuk mengkonsumsi obat-obat itu dan kita juga harus memperingatkan teman-teman kita untuk menjauhinya.”
“Kau benar Bara.”
Tidak terasa watu istirahat telah selesai, bel tanda masuk kelas pun telah berbunyi. Junot dan Bara bergegas menuju kelas mereka. Junot telah memecahkan masalahnya dan Bara telah mendapatkan hikmah dari cerita Junot. Begitulah seharusnya remaja, menjalin pertemanan yang baik, memecahkan suatu masalah dengan bijak, dan tentunya tetap membangun rasa solidaritas kepada sesama dalam hal yang positif.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar